Militer Amerika Serikat mengembangkan robot untuk mengangkut amunisi.
Sebuah proyek militer Amerika Serikat untuk mengembangkan robot berkaki seukuran keledai untuk membantu infanteri mengangkut amunisi, makanan, dan perlengkapan lain di medan sulit, kini mendapatkan titik terang pada pekan ini. Perusahaan ahli robotika kendaraan tak berawak "Boston Dynamics Inc" di Waltham, Massachusetts, akan mengembangkan versi yang lebih sempurna dari robot sebelumnya, yaitu Legged Squad Support System (LS3) atau sering dijuluki dengan robot AlphaDog.
Tugas yang diemban Boston
Dynamics ini berdasarkan ketentuan dari kontrak senilai US$10 juta yang
diberikan oleh ilmuwan robotik dari Defense Advanced Research Projects
Agency (DARPA) Amerika Serikat, di Arlington, Virginia, Rabu lalu.
Boston Dynamics ditugasi untuk mengembangkan robot LS3 berkaki empat
untuk membantu Infanteri Angkatan Darat dan Korps Marinir untuk
mengangkut 400 pon perlengkapan dan amunisi. Membawanya melalui
medan-medan berat, dan berinteraksi dengan pasukan secara alami, mirip
dengan hewan terlatih, pejabat DARPA mengatakan.
Robot LS3 semi-otonom ini akan mampu melewati medan yang sama dengan yang pasukan lewati tanpa menghalangi misi. Robot ini juga akan berfungsi sebagai sumber daya (energi) tambahan mobile (bergerak) untuk pasukan, sehingga pasukan dapat mengisi ulang baterai untuk radio dan perangkat elektronik genggam saat menjalankan misi.
Robot LS3 semi-otonom ini akan mampu melewati medan yang sama dengan yang pasukan lewati tanpa menghalangi misi. Robot ini juga akan berfungsi sebagai sumber daya (energi) tambahan mobile (bergerak) untuk pasukan, sehingga pasukan dapat mengisi ulang baterai untuk radio dan perangkat elektronik genggam saat menjalankan misi.
Robot LS3 sendiri pertama kali ditampilkan di alam terbuka pada Januari
2012. Robot tersebut memanjat dan menuruni bukit dan mengolah kemampuan
persepsinya. (Lihat video di bawah)
Di tahap kedua program LS3, ahli robotika dari Boston Dynamics akan mengembangkan versi yang lebih sempurna dari sistem LS3 dengan meningkatkan keandalan dan daya guna, meningkatkan survivabilitas terhadap tembakan senjata ringan, dan power supply yang silent untuk mendukung operasi taktis diam-diam.
Robot ini dapat dibebani dengan perlengkapan lebih dari 100 pon, sehinga tekanan fisik, kelelahan dan kinerja pasukan dapat disingkirkan, peneliti DARPA mengatakan. Keterbatasan fisik tentara memang telah menjadi salah satu tantangan teknologi dan ilmu pengetahuan militer.
Kontrak terbaru kepada Boston Dynamics ini diharapkan bisa rampung dalam dua tahun, bertepatan dengan puncak partisipasi robot LS3 dalam latihan militer besar AS yang telah direncanakan. Boston Dynamics akan bekerjasama dengan Angkatan Darat dan Korps Marinir untuk melengkapi LS3 dengan suite pengaturan otonom, termasuk kemampuan leader-follower tight, leader-follower corridor, dan go-to-waypoint.
Leader-follower tight artinya robot LS3 mengikuti pemimpin pada jarak yang sedekat mungkin. Leader-follower corridor artinya robot itu menempel pemimpin tetapi tetap memberikannya kebebasan untuk membuat keputusan jalurnya sendiri. Sedangkan go-to-waypoint artinya robot akan menggunakan persepsinya untuk menghindari rintangan di jalan ke koordinat GPS yang ditunjuk. Para ahli Boston Dynamics juga tengah berupaya agar pasukan bisa memberikan perintah langsung kepada robot LS3.
Pada kontrak yang diberikan minggu ini, ahli-ahli robotik Boston Dynamics akan melakukan pengembangannya di Waltham, Massachusetts, dan harus selesai pada 31 Maret 2015.
Di tahap kedua program LS3, ahli robotika dari Boston Dynamics akan mengembangkan versi yang lebih sempurna dari sistem LS3 dengan meningkatkan keandalan dan daya guna, meningkatkan survivabilitas terhadap tembakan senjata ringan, dan power supply yang silent untuk mendukung operasi taktis diam-diam.
Robot ini dapat dibebani dengan perlengkapan lebih dari 100 pon, sehinga tekanan fisik, kelelahan dan kinerja pasukan dapat disingkirkan, peneliti DARPA mengatakan. Keterbatasan fisik tentara memang telah menjadi salah satu tantangan teknologi dan ilmu pengetahuan militer.
Kontrak terbaru kepada Boston Dynamics ini diharapkan bisa rampung dalam dua tahun, bertepatan dengan puncak partisipasi robot LS3 dalam latihan militer besar AS yang telah direncanakan. Boston Dynamics akan bekerjasama dengan Angkatan Darat dan Korps Marinir untuk melengkapi LS3 dengan suite pengaturan otonom, termasuk kemampuan leader-follower tight, leader-follower corridor, dan go-to-waypoint.
Leader-follower tight artinya robot LS3 mengikuti pemimpin pada jarak yang sedekat mungkin. Leader-follower corridor artinya robot itu menempel pemimpin tetapi tetap memberikannya kebebasan untuk membuat keputusan jalurnya sendiri. Sedangkan go-to-waypoint artinya robot akan menggunakan persepsinya untuk menghindari rintangan di jalan ke koordinat GPS yang ditunjuk. Para ahli Boston Dynamics juga tengah berupaya agar pasukan bisa memberikan perintah langsung kepada robot LS3.
Pada kontrak yang diberikan minggu ini, ahli-ahli robotik Boston Dynamics akan melakukan pengembangannya di Waltham, Massachusetts, dan harus selesai pada 31 Maret 2015.
http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=40gECrmuCaU